Populisme telah meningkat dalam politik global dalam beberapa tahun terakhir, dengan para pemimpin dan gerakan populis mendapatkan momentum di negara-negara di seluruh dunia. Mulai dari terpilihnya Donald Trump di Amerika Serikat hingga bangkitnya partai-partai sayap kanan di Eropa, populisme mengubah lanskap politik dan menantang tatanan politik tradisional.
Pada intinya, populisme adalah ideologi politik yang mengadu domba โrakyatโ dengan kelompok yang dianggap elit atau mapan. Para pemimpin populis sering kali mengaku mewakili kepentingan rakyat jelata dan bersumpah untuk melawan korupsi, kesenjangan, dan ketidakadilan lainnya. Mereka sering menggunakan retorika yang memecah belah, memancing emosi dan mempermainkan ketakutan dan frustrasi masyarakat.
Salah satu faktor utama yang mendorong bangkitnya populisme adalah kesenjangan ekonomi. Banyak orang merasa tertinggal oleh globalisasi dan kemajuan teknologi, dan merasa frustrasi dengan institusi politik yang gagal mengatasi permasalahan mereka. Para pemimpin populis berjanji untuk memulihkan lapangan kerja, melindungi industri, dan mengutamakan kepentingan warga negaranya.
Faktor lain yang berkontribusi terhadap bangkitnya populisme adalah meningkatnya ketidakpercayaan terhadap institusi politik tradisional dan media. Banyak orang merasa bahwa para politisi tidak peduli dengan permasalahan masyarakat umum, dan bahwa media bersifat bias dan tidak dapat dipercaya. Para pemimpin populis sering memanfaatkan ketidakpercayaan ini dan menggambarkan diri mereka sebagai orang luar yang akan membawa perubahan nyata.
Munculnya media sosial juga memainkan peran penting dalam penyebaran populisme. Para pemimpin populis sering kali mahir menggunakan media sosial untuk berkomunikasi langsung dengan para pengikutnya, mengabaikan media tradisional, dan menyebarkan pesan mereka ke khalayak yang lebih luas. Hal ini memungkinkan mereka untuk menumbuhkan pengikut setia dan memobilisasi dukungan dengan cepat dan efektif.
Konsekuensi dari bangkitnya populisme dalam politik global sangatlah luas. Para pemimpin populis seringkali memerintah dengan mentalitas orang yang kuat, memusatkan kekuasaan, dan melemahkan institusi demokrasi. Mereka juga bisa memecah belah, mengkambinghitamkan kelompok-kelompok marginal dan memicu ketakutan dan kebencian.
Namun, penting untuk menyadari bahwa kebangkitan populisme merupakan gejala dari permasalahan sosial yang lebih mendalam yang perlu ditangani. Dengan memahami akar penyebab populisme dan berupaya mengatasi kesenjangan ekonomi, kekecewaan politik, dan perpecahan sosial, kita dapat mulai membangun sistem politik yang lebih inklusif dan berkelanjutan yang melayani kebutuhan semua warga negara.
